Senin, 25 Februari 2013

Filled Under:

Telake, Rindu yang Dalam untuk Desaku

Bismillah.

Mungkin ada yang bertanya “kenapa ya blog ini namanya darustelake.blogspot.com?”. Nah, Insya Alloh dengan membaca posting-an kali ini, kawan-kawan akan mendapatkan jawabannya.

Telake, sebuah desa yang membuat saya rindu akan masa kecil dahulu. Disinilah hidup di dunia ini saya mulai. Banyak kenangan yang masih saya ingat hingga saat ini. Terlahir di desa ini memberikan kebahagian tersendiri, yang terkadang timbul kesan rindu yang dalam ketika mengingat masa kecil dahulu.

Telake, Rindu yang Dalam untuk Desaku
Rumah orangtua di Telake yang rusak.
Salah satu hal yang sangat menggembirakan adalah saat saya berhasil memanjat pohon kelapa, padahal saat itu saya belum kelas 3 SD. Boleh dibilang hal ini merupakan standar skill seorang laki-laki yang harus dimiliki penduduk didaerah ini, mengingat salah satu penghasilan terbesar daerah ini adalah perkebunan kelapa. Waktu itu Ambo' (panggilan seorang ayah) rahimahulloh mengajari saya membaca Alqur'an dengan menggunakan metode buku iqro. Lembar demi lembar terus dibaca namun tak kunjung disudahi oleh Ambo'. Padahal biasanya jika saya belajar pada guru-guru lain hanya setengah lembar. Bibir saya mulai berat mengucapkan huruf demi huruf, mata saya mulai berkaca-kaca dan akhirnya saya menangis. Kemudian memanjat dan ngambek di atas pohon kelapa. Benar-benar skill yang berguna ya kawan?

Di desa ini pula saya mulai bersekolah. Walaupun desa ini cukup jauh dari daerah perkotaan, namun pendidikan tetap ada pada waktu itu. SD Negeri 2 Sebakung, di sekolah inilah saya mulai mengenyam pendidikan resmi selama 2 tahun, hingga saat kenaikan kelas III harus ikut orangtua pindah ke kota Balikpapan. Sekolah ini cukup jauh dari rumah untuk ukuran saat itu, karena setiap hari harus menggunakan perahu untuk menuju ke sekolah. Saya merindukan masa-masa itu, dimana arus sungai tidak membuat saya patah semangat untuk menuntut ilmu, dan mendayung perahu suatu hal yang indah untuk saya kenang saat ini.

Masjid di Telake, Kabupaten Paser, Kaltim
Masjid di Telake
Masih banyak kenangan yang tidak bisa saya lupakan. Saat shalat Jum'at pertama kali, bermain perahu-perahu kecil di sungai, asiknya memancing ikan-ikan, lelahnya membuat sapu lidi, ketelitian saat menangkap udang di kali, cerianya main batu lele', berenang di sungai, cepat-cepatan bangun pagi untuk mencari mangga jatuh, serunya main asen (grobak sodor), petak umpet, podok-pondokan, lempar tanah, sentokan, gasing kelapa, tangkap capung dengan getah nangka dan kenangan-kenangan yang lainya. Dan di antara itu semua hal yang paling ingin saya nikmati saat ini adalah makan ikan Lappuso. Ikan ini benar-benar enak menurut saya, dahulu sering saya memancingnya. Dan kurang dari 15 tahun saya tinggal di Balikpapan belum pernah sekalipun saya melihat ikan ini, apalagi menikmatinya. Tidak seperti ikan-ikan pada umunya, ikan ini memiliki cara tersendiri untuk memancingnya. Saat memancingnya biasanya harus menunggu air di kali surut dan tidak terlalu kering. Dan memancingnya didekat-dekat batang yang telah tenggelam lama di dasar kali. Nikmat sekali saat digoreng, entah kapan saya menikmatinya lagi.

Desa yang masuk dalam wilayah Kabupaten Paser ini tidak seperti dulu lagi. Saya perkirakan jumlah penduduk dahulu waktu masih tinggal disana mungkin hanya sekitar 20% ke bawah dari jumlah saat ini. Penduduknya banyak yang pindah ke Balikpapan, Tanah Grogot dan daerah-daerah lainnya yang tidak saya ketahui. Serta banyak pula yang telah wafat, semoga Alloh merahmati mereka-mereka yang telah lebih dahulu “pergi”. Keadaan kebunnya pun sudah nampak seperti hutan, karena sudah banyak yang tidak dirawat. Dan rumah-rumah pun banyak yang telah hancur.


Kabupaten Paser, Kaltim
Daerah ini namanya "Sekunder 3", tempat dimana keluarga kami dahulu menanam padi. Tidak jauh dari rumah di Telake.
Bagi teman-teman yang minat kesana, perjalanan dapat ditempuh dengan tiga cara. Pertama dapat dilalui dengan full menggunakan jalur laut. Lewat laut kemudian masuk ke Muara Telake . Setelah itu terus menyisiri sungai ke arah hulu sekitar 1 jam Insya Alloh akan sampai. Kedua, menggunakan jalur darat dan air. Jika dari Penajam berhenti di jembatan Longkali, kemudian naik kapal ke hilir sungai, saya tidak tau berapa lama, insya alloh 2 jam sampai. Ketiga, menggunakan jalur full darat. Jika dari Penajam, jalan terus hingga melewati Babulu Darat dan beloklah di Gang Ali, telusuri terus jika ada tikungan bertanyalah pada orang-orang dijalan, dimana jalan yang menuju Telake, atau Sebakung, atau bisa juga daerah Petiku dan ini cara yang paling efektif menurut saya. Tapi pertanyaanya kawan-kawan mau ke Telake, buat apa juga ya. Hehe...

Sekian dulu posting kali ini semoga bermanfaat, Barokallahu fiykum.

Oleh : Darus Attalaki
Blog : darustelake.blogspot.com





6 komentar:

  1. assalamu'alaikum ...... inikah telake itu,,,,, kok ga keren yah.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. WA'alaykum salam.
      Teganya antum, susah tau bikin artikel. Bilang keren aj coba. ..

      Hapus
  2. Saya juga sering rindu. Kampung halaman. Namun dikampung skrng sudah. Berubah jadi tidak seindah dulu lagi.keren skali ceritanya sobat.kalau usaha lappuso kami sukses nanti kami bisa berbagi dengan anda.kebetulan di wajo sulawesi. Selatan kami coba budidaya ikan ini.kalau boleh tau sobat ini apa keturunan orang bugis ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sodara sdah mampir di blog saya. Alhamdulillah klo ditempat sodara juga ada ikan Lappuso, selama ini saya kira cuma ada didaerah saya, hehe. Dan saya sagat berterima kasih sekali jika berkenan mengirimi saya fhoto Lappuso-nya, apalagi dikirimi ikannya. Hehe.

      Iya, keturunan bugis campur.

      Hapus
  3. sekarang telake sudah banyak sarang waletnya ...

    BalasHapus